F : “ayo! Cobalah kamu pikirkan
sekali saja perasaan BG ketika mereka
harus kehilangan anggotanya”
A : “kehilangan seperti apa? aku
sudah tidak menemukan kenyamanan lagi disini. Aku memang pengecut! Tidak berani
mengambil resiko atau mau belaja seperti mereka”
F : “terus kamu akan terus
menerima disebut sebagai pengecut? Tunjukkan pada yang lain kamu juga bisa”
A : “ bisa apa? Bisa menerima
ketidak nyamanan ini sepanjang hari? Sepanjang aku melangkah untuk meraih
puncak gunung, atau sekedar menyusuri jalanan pantai? Harus ada jiwa ketika
kita merasa nyaman”
F : “tidak sedikit saja
berpikir tentang hal yang pernah kalian lalui? Diksar –pendidikan dasar-,
fitokimia, pengembaraan? Pasti kamu mendapat arti untuk setiap kejadian”
A : “arti untuk siapa? Apa aku
punya arti? Atau aku yang terlalu merendahkan diri? Organisasi ini kan bukan
main-main, jadi untuk apa masih menampung orang yang bermain-main seperti aku”
F : “jadi kamu Cuma main-main?”
A : “kalau ini dilanjutkan. Dan
bukan dengan kehendak sendiri, melainkan memaksa menyesuaikna diri”
F : “yang lain bisa
beradaptasi. Kenpa kamu enggak?”
A : “karena yang lain bisa. Sudah
aku bilang aku ini pengecut!”
F : “keras kepala!”
A : “kalau sudah tahu aku
keras kepala, kenapa masih mempertahankan aku?”
F : “karena kamu belum memberi
alasan tepat kenapa kamu harus memilih keluar. Ketdak nyamanan itu relative,
asal kamu membuka diri. Yang lain itu menyayangi kamu. Jangan egois. datang ke Musang
–musyawarah anggota-yak..”
A : “sebagai apa? Sebagai G.137.BG
atau cuma agar bisa kuorum dan bisa memulai musyawarah? Tidakada cara lebih
baik mengajak orang?”
F : “kamu cuma ingin diajak
dengan baik-baik?”
A : “siapa bilang? Itu yang cuma
bisa kalian simpulkan? Satu orang lawan satu kelompok memang akan kalah telak. Terserah
apalah penilaian kalian. Aku Cuma meras tidak lagi mendapat apa yang aku cari”
F : “menuntut kepada
kelompok?”
A : “siapa yang menuntut? Bukannya
kekeluargaan itu adalah landasan? Jadi sebelah mana yang aku tuntut. Jangan berpikir
aku pergi tanpa alasan jelas, kalian cuma tidak berada di posisi aku. Dan memang
resikoku akan selalu salah selamanya”
F : “terserah. Tapi masih
saja aku gak mengerti apa yang kamu pikirkan. Terus bagaimana pertanggung jawabanmu
terhadap humas?”
A : “terus bagaimana pertanggung
jawaban Z dan P terhadap aku? Ketika aku paling membutuhkan saran mereka saat
tekad keluar ini belum bulat, tapi tak ada satupun yang bisa aku ajak bicara. Dan
aku sekarang membebankan ini kepada E”
F : “itu kamu sendiri tahu
membebankan E, terus tak ada usaha memperbaiki? Membantu E minima?”
A : “niatku kadang kembali
ketika kau mengingat E. mengingat dia yang begitu sabar menghadapi aku. Tapi semuanya
berubah ketika BG sendiri meminta aku di musang hanya untuk kuorum, bukan demi
kepentingan sebagai G.137.BG hanya begitu menyakitkan. Harus kalian pahami itu.
Posisi apa yang aku punya sebenarnya? Apa itu hanya sekedar angka?”