Kamis, 01 November 2012

Karcis Hilang, Nasibku Malang


“ kok kamu oon banget sih Ndri! “ omel Ridwan sembari memarkir motornya di sembarang tempat.
“ iyak maaf. Kan aku bilang jangan nitip barang dengan bahan kertas sama aku, aku seneng ngerobek-robek. Salah kamu juga kan, jadi jangan ngomelin aku terus dong Wan “ aku berusaha membela diri dan menumpahkan kesalahan pada Ridwan yang sedari tadi menekuk muka karena kesal. Pasalnya karcis parkir motor matic dengan nomor pelat 2468 itu, tak sengaja aku hilangkan. Entah jatuh, entah tak sadar aku robek atau aku sengaja buang. Aku pelupa.
“ jadi sekarang gimana nih? Berabe urusannya kalo keluar tanpa karcis parkir ! kamu oon, bego, ceroboh!“ Ridwan kembali memaki-maki aku yang sudah bodoh ini.
Aku hanya bisa menghela napas, memasang tampang bingung apa yang harus kita lakukan supaya tak semakin tertahan lama di parkiran. Kalau saja aku punya sihir, aku akan membuat motornya menjadi seukuran kantong celana agar bisa aku kantongi tanpa melewati pembayaran parkir. Atau, aku akan membuat mulut Ridwan hilang dan berhenti mengomeliku. Sayang aku bukan tukang sihir.  Makiannya mengundang perhatian semua orang di parkiran. Termasuk satpam yang berkumis baplang dari arah jam 9 tempat kami berdiri. Satpam dengan perut buncit dan hitam kerling itu menatap dua kawanan yang mencurigakan, jelaslah aku dan Ridwan.
Dua jam yang lalu aku dan Ridwan sibuk mencari kado yang cocok untuk ulang tahun Ai. Seharusnya acara memburu kado ini dilakukan dengan anggota Cherry yang lain, hanya saja banyak sekali hambatan dan alasan singga Aneu, Tya, dan yang lain tak ikut mencari hadiah. Dan sudah dari 10 menit yang lalu pula aku terjebak bersama si mister cerwet ini di parkiran.
“ iya aku yang salah! Aku yang oon dan ceroboh, tapi gak ada gunanya sekarang terus menghina aku. Mending kita cari lagi takut jatuh di parkiran Wan. Abis ketemu, kamu boleh deh maki-maki aku lagi sepuas kamu “
“ yak udah ayok cepet cari! Tuh satpam udah mencurigai kita tahu dari tadi!”
“ itu mah emang muka kamu aja yang buat curiga Wan, muka kamu ilegal! Hahahah “ aku berusaha mencairkan suasana, dan melepas penat. Sepenat mukaku yang sudah mulai berminyak dan lusuh. Ridwan melemparkan pandangan sinis. Ups! Aku lagi-lagi bercanda tidak pada waktunya.
Aku berjalan kembali mengitari jalanan yang di lewati. Berusaha mencari secarik kertas dalam kondisi gelap malam, dan mataku udah terlalu lelah dihabiskan dengan melihat barang yang cocok untuk hadiah ulang tahun Ai.
Aku berjalan tergopoh karena di Sorong Ridwan. Aku kesal sebenarnya. rasanya aku ingin menjitak dia.  tapi yak, Ridwan terlalu bagus otaknya untuk ku jitak. Dia akan kehilangan ingatan supernya. Mengingat dia anak terpintar di Cherry. Kalau otak dia berubah bodohnya sama seperti aku, aku tidak akan punya tempat untuk mencontek lagi. Pikirku.
Sejauh 100 meter berjalan, samapailah di tempat pertama kali aku dan Ridwan mengambil motor.
“ Tuh kaaaaaaan, aku bilang jangan titip kertas sama aku! Jadinya aku buang tanpas sadar Wan “ cetusku sambil menunjuk secarik kertas yang tergeletak di tanah tak berdaya. Terlihat seperti hamba sahaya yang di tinggalkan majikannya. Kertas itu basaha dan kotor karena air hujan.
“ Indriiiiii ceroboh! Untung yak masih ada!” Dia segera meraih kertas yang membuat panik, sampai membuat aku dan Ridwan dicurigai petugas berkumis dan berperut buncit itu. Bukannya senang, masih saja Ridwan gemar mengutuk dan memaki.
Kini aku, Ridwan, beserta motor hitamnya bisa melaju pulang. Dan tiba-tiba dia menghentikan motornya di jalanan.
“ turun nya kamu disini yak! Aku males puter balik nih “
“ kamu masih marah Wan? Kan udah bisa pulang ini. Jangan jahat dong, masa aku diturunin disini? Nista! “ aku berusaha tak beranjak dari jok belakang motor. Tapi Ridwan hanya diam dan menatapaku dengan penuh arti. Arti bahwa aku harus turun secepatnya. Melihat mimik muka yang masam, aku segera beranjak turun.
“ aku minta maaf yak Wan. Aku gak sengaja ngehjatuhin karcisnya dan membuat kita tertahan lebih lama di tempat parkir “
Ridwan tidak merespon. Dia menyalakan mesin motornya dan meninggalkan aku dalam kondisi bersalah dan masih selalu terlihat bodoh. Seperti biasanya.

Trrrttt…
Ponselku bergetar.
“ maaf yak, aku nurunin kamu di jalan. Aku Cuma membalas karena kamu menahanku lebih lama, dengan menjatuhkan karcis. Hahahaha! “
RIDWAAAAAAAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar