Pernahkah kau berpikir dan merasakan hal yang sama denganku? Merasakan senang sekaligus isi hatimu hambar dan merasa tak nyaman? Seolah semua berbahagia atas kita, tapi kita tetap terkurung dalam perasaan bimbang?
Seolah semua seperti percuma dan tidak akan menemukan ujung. Seperti dongeng putri yang menunggu pangeran dan tak
kunjung menyelamatkan. Semua
terasa sia-sia dan tak berasa. Tak ada warna. Tak ada.
Ini selalu menjadi kutukan kecil dari Tuhan setiap aku bersamamu.
Memang, aku merasa ini kutukan. Karena ketika yang aku cari dalam sebuah
hubungan adalah timbal balik. Tak aku temukan darimu. Tak aku dapat darimu. Tak
ada darimu. Tak ada.
Aku ini hanyalah serangga yang tak tahu diri karena lancang
menyematkan harapan pada perasaanmu. hingga akhirnya semua terlihat semu. Tak
nyata. Tak ada.
“ coba ulang yang aku baca tadi.. “ Cetus Alpha menyuruhku
mengulang mata kuliah yang sedari tadi susah payah dia baca dan jelaskan
padaku. Alpha luar biasa pintar. Otakku mungkin hanya sepersekian persen dari
otaknya yang jenius. Terkadang aku mengucilkan diri sendiri kenapa aku yang
hina ini selancang itu mengambil keputusan menjalin hubungan dengan Alpha.
“ hmm… apa yak tadi yak? Lupa” singkatku menjawab. Aku lupa.
Bukan karena aku tak kerja keras untuk menyerap apa yang telah Alpha jelaskan
sampai berbuih, sampai otot lehernya mengejang. Namun, saat ini aku sedang
terhanyut memikirkan apa benar aku ada dihatinya. Apa benar dia ada di hati dan
pikiranku. Kenapa terasa sendu. Terasa asing. Tak ada.
“ kamu ngelamun? Mikirin apa? Mau cerita sesuatu? Setidaknya
lebih tenang, yak meskipun akhirnya aku gak bisa kasih solusi “ dia bertanya
lagi dengan lembut. Dia selalu lembut padaku. Selama hubungan lebih dari 5
bulan terakhir ini. 5 bulan ini dia begitu sabar menghadapai emosi yang aku
eksploitasi padanya. Dia yang selalu tersenyum meskipun telah aku cabik habis
hatinya. Tapi memangng dia tak pernah mau menunjukkan itu padaku. Sama seperti
aku yang tahu mau menunjukan bahwa aku sedang tak tahu arah membawa hubungan
yang bagiku sudah seperti tak hangat dan menyenangkan.
“ ah enggak “ aku hanya menjawab singkat memalingkan wajah ke
arah buku yang sedang aku pegang. Berharap Alpha juga menduga aku baik-baik
saja. Tapi semua percuma. Alpha sudah tahu aku memikirkan sesuatu. Hatinya
semakin resah tiap kali aku bertingkah seperti ini. Lagi.
Aku merasa tak pantas atau aku yang tak mau memantaskan diri
untuknya? Aku merasa tak nyaman atau aku yang memang terlalu menuntut banyak
hal yang sebenarnya Alpha sulit untuk lakukan? Putri merasa pangeran tak
kunjung datang mau menyelamatkan hatinya, atau putri yang tak mau kisah
cintanya berakhir bahagia? Aku bertanya dalam hati menatap buku yang bisu. Dan
buku itu bisu naasnya. Tak akan memberi jawaban. Tak ada jawaban. Tak ada.
Alpha kini sudah berubah mimik. Dia sudah kehabisan sabar yang
sedari tadi dia isi ulang dan tak berbuah. Aku tetap saja membuat dia kesal.
Membuat dia menghela napas panjang yang jarang dia lakukan. Kecuali saat
benar-benar merasa kesal. Aku sebenarnya ingin menjelaskan apa yang aku
rasakan. Mungkin kadang suatu hubungan itu jenuh. Seolah perasaan mendadak
hilang begitu saja. Hanya saja, aku terlalu taku menyakitinya. Aku merasakan
lelah menjalin hubungan ini, tetapi juga takut kehilangan.
Alpha beranjak dari duduk dan meraih jaket serta tasnya. Dia
pergi dari kamar yang baginya adalah neraka. Neraka karena membuat hatinta
terus saja terluka. Aku hanya bisa diam. Aku tak ingin dia pergi, sebenarnya.
Tapi aku juga tak mau menahan dia terlalu lama di neraka ini. Dia telah pergi.
Hanya meninggalkan seberkas catatan materi kuliah di ruangan ini. Hanya
meninggalkan aku sendiri yang sebenarnya terluka karena merasa bingung.
Sampai akhirnya aku membuka kembali satu tulisan yang pernah aku
tulis untuknya. Dan pernah dia minta dariku.
“ saat aku bersikeras meninggalkanmu, maka ingatkan aku bahwa aku
pernah lebih keras memintamu untuk ada disampingku “
Aku menangis. Aku
menangis bukan lagi bingung. Bukan lagi
ingin merasa pergi dari Alpha. Aku menagis menyadari betapa bodohnya jika aku
melepaskan Alpha. Aku menangis menyadari bahwa Alpha lah yang aku mau. Aku tak
berjanji takkan bersikap keras hati lagi, tapi ingin berusaha menganggap aku
pantas untukmu. Yang ada. Selalu ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar