Minggu, 28 Oktober 2012

ADA



Pernahkah kau berpikir dan merasakan hal yang sama denganku? Merasakan senang sekaligus isi hatimu hambar dan merasa tak nyaman? Seolah semua berbahagia atas kita, tapi kita tetap terkurung dalam perasaan bimbang?
Seolah semua seperti percuma dan tidak akan menemukan ujung. Seperti dongeng putri yang menunggu pangeran dan tak kunjung menyelamatkan. Semua terasa sia-sia dan tak berasa. Tak ada warna. Tak ada.
Ini selalu menjadi kutukan kecil dari Tuhan setiap aku bersamamu. Memang, aku merasa ini kutukan. Karena ketika yang aku cari dalam sebuah hubungan adalah timbal balik. Tak aku temukan darimu. Tak aku dapat darimu. Tak ada darimu. Tak ada.
 Aku ini hanyalah serangga yang tak tahu diri karena lancang menyematkan harapan pada perasaanmu. hingga akhirnya semua terlihat semu. Tak nyata. Tak ada.
“ coba ulang yang aku baca tadi.. “ Cetus Alpha menyuruhku mengulang mata kuliah yang sedari tadi susah payah dia baca dan jelaskan padaku. Alpha luar biasa pintar. Otakku mungkin hanya sepersekian persen dari otaknya yang jenius. Terkadang aku mengucilkan diri sendiri kenapa aku yang hina ini selancang itu mengambil keputusan menjalin hubungan dengan Alpha.
“ hmm… apa yak tadi yak? Lupa” singkatku menjawab. Aku lupa. Bukan karena aku tak kerja keras untuk menyerap apa yang telah Alpha jelaskan sampai berbuih, sampai otot lehernya mengejang. Namun, saat ini aku sedang terhanyut memikirkan apa benar aku ada dihatinya. Apa benar dia ada di hati dan pikiranku. Kenapa terasa sendu. Terasa asing. Tak ada.
“ kamu ngelamun? Mikirin apa? Mau cerita sesuatu? Setidaknya lebih tenang, yak meskipun akhirnya aku gak bisa kasih solusi “ dia bertanya lagi dengan lembut. Dia selalu lembut padaku. Selama hubungan lebih dari 5 bulan terakhir ini. 5 bulan ini dia begitu sabar menghadapai emosi yang aku eksploitasi padanya. Dia yang selalu tersenyum meskipun telah aku cabik habis hatinya. Tapi memangng dia tak pernah mau menunjukkan itu padaku. Sama seperti aku yang tahu mau menunjukan bahwa aku sedang tak tahu arah membawa hubungan yang bagiku sudah seperti tak hangat dan menyenangkan.
“ ah enggak “ aku hanya menjawab singkat memalingkan wajah ke arah buku yang sedang aku pegang. Berharap Alpha juga menduga aku baik-baik saja. Tapi semua percuma. Alpha sudah tahu aku memikirkan sesuatu. Hatinya semakin resah tiap kali aku bertingkah seperti ini. Lagi.
Aku merasa tak pantas atau aku yang tak mau memantaskan diri untuknya? Aku merasa tak nyaman atau aku yang memang terlalu menuntut banyak hal yang sebenarnya Alpha sulit untuk lakukan? Putri merasa pangeran tak kunjung datang mau menyelamatkan hatinya, atau putri yang tak mau kisah cintanya berakhir bahagia? Aku bertanya dalam hati menatap buku yang bisu. Dan buku itu bisu naasnya. Tak akan memberi jawaban. Tak ada jawaban. Tak ada.
Alpha kini sudah berubah mimik. Dia sudah kehabisan sabar yang sedari tadi dia isi ulang dan tak berbuah. Aku tetap saja membuat dia kesal. Membuat dia menghela napas panjang yang jarang dia lakukan. Kecuali saat benar-benar merasa kesal. Aku sebenarnya ingin menjelaskan apa yang aku rasakan. Mungkin kadang suatu hubungan itu jenuh. Seolah perasaan mendadak hilang begitu saja. Hanya saja, aku terlalu taku menyakitinya. Aku merasakan lelah menjalin hubungan ini, tetapi juga takut kehilangan.
Alpha beranjak dari duduk dan meraih jaket serta tasnya. Dia pergi dari kamar yang baginya adalah neraka. Neraka karena membuat hatinta terus saja terluka. Aku hanya bisa diam. Aku tak ingin dia pergi, sebenarnya. Tapi aku juga tak mau menahan dia terlalu lama di neraka ini. Dia telah pergi. Hanya meninggalkan seberkas catatan materi kuliah di ruangan ini. Hanya meninggalkan aku sendiri yang sebenarnya terluka karena merasa bingung.
Sampai akhirnya aku membuka kembali satu tulisan yang pernah aku tulis untuknya. Dan pernah dia minta dariku.

“ saat aku bersikeras meninggalkanmu, maka ingatkan aku bahwa aku pernah lebih keras memintamu untuk ada disampingku “

Aku menangis. Aku menangis bukan lagi bingung. Bukan lagi ingin merasa pergi dari Alpha. Aku menagis menyadari betapa bodohnya jika aku melepaskan Alpha. Aku menangis menyadari bahwa Alpha lah yang aku mau. Aku tak berjanji takkan bersikap keras hati lagi, tapi ingin berusaha menganggap aku pantas untukmu. Yang ada. Selalu ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar