Adalah batang tipis yang
rapuh yang hatinya tengah berduka karena cinta yang tak berkunjung terbalas.
Sebatang pipa kapiler ini tengah susah payah bergerak dari pengapnya hidup
dalam tabung reaksi.
“ kenapa aku begitu di
kucilkan . Apa karena kerapuhanku? Sehingga hidupku harus bersangkar pada
tabung ini?” batinnya kecil, tengah menatap geming di balik kaca tabung reaksi.
Ini dia Allana. Si pipa
kapiler yang hidupnya bergantung dalam kekokohan tabung reaksi. Tabung yang
akan melindunginya dari terpa yang akan menghujam dan mematahkannya. Di dalam
labkit –sejenis box tempat peralatan praktikum kimia-, Allana tak bisa
menikmati indahnya hidup berdampingan bersama sikat tabung, masker, botol vial,
pipet tetes, dan pipet pasteur yang salah satunya ada yang dia suka dari sejak
dulu. Dari sejak mereka bertemu di dalam labkit –baca Hati 2 Tahun yang lalu-
Raffa. Yak, Raffa telah membuat Allana begitu jatuh cinta setengah mati
padanya. Dengan kesadaran Rafffa atau tidak, Allana selalu senang memperhatikan
setiap gerak-gerik Raffa setiap harinya. Wanginya, cara berjalannya, termasuk sosial
Raffa yang cukup baik. Raffa adalah pipet Pasteur yang perawakannya memang
tinggi sesuai fungsinya, membuat Allana tak pernah bosan menikmati apa yang dia lihat.
Dan
itu hanya dari balik kaca tabung reaksi.
Ketidak
beranian Allana dan kerapuhannya, membuat dia selalu ujung dengan niatnya
menyatakan cinta yang sudah dia pendam hampir dua tahun lamanya . Dia begitu
takut, begitu tak merasa pantas untuk
sedikit saja melepas semua apa yang dia pendam pada Raffa.
Air
matanya menetes deras di pipi si pipa kapiler ini. Dia maih ingat ketika suatu
waktu diberi kesempatan dipertemukan dengan Raffa dalam tabung reaksi yang
sama. Bentuk Raffa sebagai pipet Pasteur, tentu saja mempunyai Ujung lancip
seperti pipa, dan membuatnya harus melindungi diri dalam tabung agar Ujung
lancipnya tak patah. Dengan takdir yang sebenarnya indah Raffa dan Allan
bertemu saat itu. Waktu berlalu dengan begitu cepat. Selama 3 semeter lamanya
Allana mampu bersyukur dalam-dalam atas kesempatannya bisa berbagi bersama
Raffa.
Namun
tuhan punya rencana lain. Tuhan mengambil si pipet jangkung ini dari dalam
tabung reaksi, dari sisi Allana. Tuhan mengambilnya dan membuatnya jauh dari
Allana. Memberikan kondisi pada Raffa untuk lebih dekat dengn Liya si pipet
pasteur lain.
Kini Allana hanya sendiri dengan segala
kerapuhan dan sejuta ungakapan cinta yang tak pernah tersampaikan pada Raffa. Dia
begitu hancur. Begitu tak sadar bahwa di dekatnya da yang begitu memperhatikan
keluh dan kesah yang selalu terlukis di mata Allana. Fajar. Fajar adalah teman
satu tabung reaksi selama ini dengan Allana. Diapun sama rapuhnya seperti
Allana karena cintanya yang tak pernah sampai pada Hasna si botol vial. Hanya
Fajar mampu menutupi sakitnya denga belajar. Dia begitu pintar dan menyegarkan.
Karena luka Allan yang begitu dalam, dia tak mampu melihat bahwa sekitarnya
masih ada yang memperhatikannya.
Tuhan
punya rencana mengambil Rafffa dari Allana. Dan tuhanpun punya rencana
mengganti Raffa dengan Fajar. Secepat kilat tuhan membuat Allan menghapus semua
lukanya, dan mulai membuka hati untuk Fajar. Sama dengan namanya, begitu
hangat, begitu membuat nyaman Allana. Dia seperti matahari yang bersinar setiap
hari, kebradaanya selalu ada setiap waktu. Meski malam, matahri tetap ada hanya
tertutup bulan untuk sementara.
Tanpa
peduli masa lalunya. Tanpa peduli sakit hati yang ada, Allan dan Fajar memulai
kisah cinta mereka. Kerapuhan mereka sebagai pipa kapiler dan bergantung
keberadaan tabung reaksi, tak membuat keduanya merasa tersisihkan.
Dari
balik terkurungnya mereka dalam tabung, mereka menikamati setiap kebersamaan.
Menyanyikan lagu dalam
hiruk pikuk lab kit yang gelap…
Setia… Terbuka…
Percaya… Selamanya…
Cintaku, padamu
akan tumbuh selalu.
Setia… Terbuka…
Percaya… Selamanya…
Jnaji sehidup
semati, Allana (Indri) Fajar (Kiky).
“ Kita akan menghadapi dunia. Kita
akan kuat. Kita akan menikmati setiap perjalanan hidup kita dari balik tabung
reaksi ini “
Tidak ada komentar:
Posting Komentar